TUGAS BIMBINGAN DAN KONSELING
LANDASAN TEKNOLOGIS DAN ILMIAH DAN LANDASAN
PEDAGOGIS
NAMA
ANGGOTA KELOMPOK:
·
INDAH
SRI PURWATI
·
GADIS
ANUGERAH
·
KIKI
NOVITASARI
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi No.7
Tulungagung Telp./ Fax 0355-321426
Email:stkippgritulungagung@gmail.com/website: stkippgritulungagung.ac.id/Kode
Pos 66221
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga
penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah bimbingan dan konseling ini
dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan
selalu mengiringi namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua,
dosen pembimbing dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.
Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai
informasi serta untuk menambah wawasan khususnya landasan ilmiah dan teknologis
serta landasan paedagogis dan adapun metode yang kami ambil dalam penyusunan
makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya
tulis dan kajian serta buku komunikasi pendidikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi sekaligus
menambah wawasan untuk saya pribadi khususnya dan untuk para pembaca. Tidak
lupa juga kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin
tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Kami sebagai
penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan makalah kami.
Penulis
A.
Landasan
Ilmiah dan Teknologis
Pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan
kegiatannya, maupun pengembangan-pengambangan pelayanan itu secara
berkelanjutan.
1.
Keilmuan
Bimbingan dan Konseling
Ilmu sering juga disebut “ilmu pengetahuan”,
merupakan sejumlah pengetahuan yang disusun secara logis dan sistematik.
Pengetahuan ialah sesuatu yang diketahui melalui panca indera dan pengolahan
oleh daya fikir. Dengan demikian, ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai
pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan
sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling
mempunyai objek kajiannya sendiri, metode penggalian pengetahuan yang menjadi
ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Objek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya
bantuan yang diberikan kepada individu yang mengacu pada keempat fungsi
pelayanan yang tersebut terdahulu (fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan,
dan pemeliharaan/ pengembangan). Segenap hal yang berkenan dengan upaya bantuan
itu (termasuk di dalamnya karakteristik individu yang memperoleh layanan,
jenis-jenis layanan dan kegiatan, kondisi pelayanan, dan lain-lain)
diungkapkan, di pelajari seluk-beluk dan sangkut-pautnya, ditelaah latar belakang
dan kemungkinan masa depan, dan akhirnya disusun secara logis dan sistematis
menjadi paparan ilmu. Bagaimanakah cara mengungkapkan pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling itu ? untuk itu dapat di pergunakan berbagai cara dan
metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis dokumen (riwayat hidup, laporan
perkembangan, himpunan data, dan lain-lain), prosedur tes dan inventory,
analisis laboratoris. Melalui metode-metode itu akan diperoleh sejumlah besar
pengetahuan tentang objek kajian bimbingan dan konseling. Namun demikian,
pengetahuan yang banyak itu belum memiliki makna yang lebih luas dan belum
dapat dimafaatkan, serta belum menjadi bagian dari ilmu bimbingan dan
konseling, apabila belum ditafsirkan dan diberi arti baik secara spesifik maupun
luas dalam kaitannya dengan daerah kajian bimbingan dan konseling. Pemberian makna
dan arti itu harus dilakukan secara logis dan sistematik, berdasarkan penalaran
dan kaidah-kaidah keilmuan yang laras dan mapan. Paparan melalui laporan hasil penelitian,
buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai objek kajian bimbingan dan
konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
Telah lama dikenal, bahkan sejak awal gerakan bimbingan
dicetuskan, pelayanan bimbingan dan konseling menekankan pentingnya logika,
pemikiran, pertimbangan, dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (Mc Daniel,
1956). Dalam kaitan itu, Mc Daniel mengemukakan bahwa konselor adalah seorang ilmuan,
karena mendasarkan teori, pendekatan dan tindakan-tindakannya pada kaidah-kaidah
keilmuan. Disamping itu, konselor juga disebutkan sebagai seniman, karena apa
yang dilakukannya tidak terlepas dari unsur-unsur kemanusiaan yang harus di dekati
dan ditanganni dengan penuh kehangatan dan kreativitas dalam hubungan antar pribadi
(antara konselor dan klien). Dalam kaitan itu dapat disimpulkan bahwa keilmuan bimbingan
dan konseling harus diimbangai (dilengkapi) dengan unsur-unsur seni hubungan antar
pribadi.
2.
Peran
Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Pernah disebutkan, bimbingan dan konseling,
sebagaimana juga pendidikan, merupakan ilmu yang bersifat multireferensial,
artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Dimuka telah diuraikan betapa
psikologi, ilmu pendidikan, dan filsafat memberikan sumbangan yang besar kepada
bimbinga dan konseling. Demikian juga dengan sosiologi memberikan pemahaman tentang
peranan individu dalam berfungsinya masyarakat, keluarga, interaksi antar individu
dalam kelompok; gabungan antara sosiologi dan ilmu ekonomi memberikan pemahaman
tentang kondisistatus social-ekonomi individu; gabungan antara sosiologi,
antropologi dan kebudayaan memberikan pemahaman tentang latar belakang antropologi-sosial-budaya
klien; ilmu-ilmu kemasyarakatan dan lingkungan memberikan pemahaman tentang interaksi
timbal balik antara individu dan lingkungan; ilmu hukum, agama, dan adat istiadat
memberikan pemahaman tentang nilai dan norma yang harus diikuti oleh individu dalam
menjalani kehidupannya dimasyarakat; ilmu ststistik dan evaluasi memberikan pemahaman
dan teknik-teknik pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan
pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu semua sangat penting bagi teori dan praktek
bimbingan dan konseling.
Sumbangan berbagai ilmu lain itu kepada bimbingan dan
konseling tidak hanya terbatas kepada pembentukan dan pengembangan teori-teori bimbingan
dan konseling, melainkan kepada praktek pelayanannya. Jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling yang dibahas pada Bab VII jelas sekali menerapkan berbagai
kaidah ilmu-ilmu yang dimaksud dalam kontesks pelayanan bimbingan dan konseling.
Salah satu ilmu dan perangkat teknologi yang berkembangan amat cepat dewasa ini,
yaitu komputer, secara langsung dimanfaatkan pula dalam pelayanan bimbingan dan
konseling. Sejak tahun 1980-an peranan computer ialah bimbingan karier dan bimbingan/konselor
pendidikan (Gaushel, 1984).
B.
Landasan
Pedagogis
Seperti telah disebutkan pada bagian
pendahuluan bahwa bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan. Artinya
ketika seseorang melakukan praktik pelayanan bimbingan dan konseling berarti ia
sedang mendidik, sebaliknya apabla seseorang melakukan praktik pendidikan
(mendidik), berarti ia sedang memeberikan bimbingan.Landasan pedagogis pelayanan
bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan 3 segi :
a.
Pendidikan
Sebagai Upaya Pengembangan Individu
Faktor pelayanan bimbingan dan konseling
adalah manusia. Karena manusia menjadi fokus bimbingan dan konseling adalah
manusia yang berada dalam proses perkembangan yang secara berkelanjut terus
berusaha mewujudkan dimensi-dimensi kemanusiaannya untuk menjadi manusia
seutuhnya. Tanpa pendidikan potensi kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia
tidak akan berkembang. Begitupun tanpa bimbingan potensi kemanusiaan yang
dimiliki manusia tidak akan berkembang secara opimal.
Relavan dengan pernyataan di atas,
Prayitno dan Erman Amti (1999) menyatakan: “Seorang bayi manusa hanya akan
dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan.
Tanpa pendidikan, bayi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu
mengembangan dimensi keindividualnya, kesosialannya, kesusialaannya, dan
keberagamaannya. Ia akan menjadi “manusia alam” bukan manusia budaya tertentu.
Dalam kaitan ini pendidikan dapat diartikan sebagai upaya membudayakan manusia
muda. Melalui pendidikan manusia muda mengembangkan diri dan sekaligus
mempersiapkan diri dengan potensi yang ada pada diri merekadan prasarana serta
sarana-sarana yang tersedia.”
Dalam Undang-Undang No. 20/2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) ditegaskan bahwa: Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat,
bangsa dan negara.
Selanjutnya didalam pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa konselor termasuk kedalam
kategori pendidik. Berdasarkan Undang-Undang di atas secara eksplisit
menunjukkan bahwa konselor adalah pendidik yang tugasnya adalah:
1. Mewujudkan
suasana belajar\
Yaitu kondisi
yang terjadi pada diri klien yang menjalani proses konseling. Suasana belajar
yang efektif pada diri klien dapat diwujudkan melalui proses konseling yang
efektif.
2.
Mewujudkan suasana
pembelajaran
Yaitu kondisi yang
secara dinamis, strategis dan langsung dikembangkan oleh konselor terhadap
klien. Untuk bisa mewujudkan proses konseling (proses pembelajaran) yang
efektif, konselor dituntut untuk menguasai berbagai kompetensi (keterampilan)
yang mendukung profesinya.
Dalam
pelayanan bimbingan dan konseling harus terkandung aspek-aspek pendidikan
seperti:
1.
Usaha sadar dari
pembimbing atau konselor kepada peserta didik atau klien.
2.
Menyiapkan peserta
didik atau klien.
3.
Untuk perannya dimasa
yang akan datang yag diwujudkan melalui tujuan-tujuan bimbingan dan konseling.
Upaya bimbingan dan konseling atau pencapain
tujuan-tujuan bimbingan dan konseling tidak boleh menyimpang dari tujuan-tujuan
pendidikan baik secara umum maupun khusus. Tujuan umum adalah yang dirumuskan
dalam undang-undang, sedangkan tujuan khusus adalah yang dirumuskan dalam kurikulum
yan diemplementasika dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
Tujuan bimbingan dan konseling tidak boleh
menyimpang atau bertenangan dengan tujuan pendidikan nasional. Dijiwai oleh
tujuan pendidikan nasional di atas, maka tujuan bimbingan dan konseling pada
hakikatnya adalah agar klien lebih mantap dan mendalam keberagamaannya, berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai sesuai dengan
pengembangan kebutuhan dan pengembangan diri. Implementasi tujuan bimbingan
konseling di atas tentu disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi oleh
individu (siswa) pada saat pelayanan bimbingan dan konseling diberikan.
Berkenaan dengan bimbingan meruakan bentuk upaya
pendidikan, Prayitno dan Erman Amti (1999) mengutip pendapat Crow and Crow
(1990) menyatakan bahwa: “Bimbingan menyediakan unsur-unsur di luar individu
yang dapat dipergunakan untuk memperkembangkan diri. Dalam arti yang luas,
bimbingan dapat dianggap sebagai suatu bentuk upaya pendidikan. Dalam arti
sempit bimbingan meliputi berbagai teknik, termasuk di dalam konseling yang
memungkinkan individu menolong dirinya sendiri.
Berdasarkan pendapat Crow and Crow di atas, dapat
dipahami bahwa perkembangan dan kemandirian individu (siswa) dapat berkembang
secara baik dan mandiri sudah barang tentu individu (siswa) memerlukan jasmani
dan rohani yang sehat, pegetahuan dan keterampilan, serta menerapkan nlai-nilai
dan norma-norma kehidupan kemasyarakatan.
b.
Pendidikan
sebagai Inti Proses Bimbingan dan Konseling
Dalam pengertian pendidikan diatas
telah disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. Indikator utama yang
menandainya adalah:
v Peserta
didik yang terlibat di dalamnya menjalani proses belajar
v Kegiatan
bimbingan dan konseling bersifat normatif
Apabila
kedua indikator utama di atas tidak ada, maka upaya yang dilakukan tidak
dikatakan sebagai upaya pendidikan.
Bimbingan dan konseling
mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh para klien. Prayitno dan Erman
Amti (1999) mengutip pendapat Gistod (1953) menegaskan bahwa bimbingan dan
konseling merupakan proses yang berorientasi pada belajar, yakni belajar untuk
memahami lebih jauh tentang diri sendiri; belajar untuk mengembangkan dan
menerapkan secara efektif berbagai pemahaman. Selanjutya Belkin (1975), Nugent
(1981) yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (1999) menegaskan bahwa dalam
dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan serta
sikap-sikap baru. Melalui proses itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru
bagi dirinya; dan dengan memperoleh hal-hal yang baru itulah klien
berkembangan.
c.
Pendidikan
Lebih Lanjut sebagai Inti Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling mempunyai
tujuan khusus (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang). Mengutip pendapat
Crow and Crow (1990), Prayitno dan Erman Amti (1999) menyatakan bahwa tujuan
khusus yang segera hendak dicapai (jangka pendek) dalam pelayanan bimbingan dan
konseling adalah membantu individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya,
sedangkan tujuan akhir (jangka panjang) adalah bimbingan diri sendiri. Siswa
setelah melalui prose bimbingan dalam jangka panjang hendaknya dapat membimbing
dirinya sendiri dalam arti mampu mengembangkan kemampuan sendiri untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa pelayanan bimbingan dan konseling
lagi.
Tujuan-tujuan bimbingan dan konseling selain
memperkuat tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya. Hal ini dapat dimengerti
karena berbagai program bimbingan dan konseling yang meliputi aspek-aspek tugas
perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kematangan pendidikan dan
karier, emosional, dan kematangan sosial, semuaya diperuntukan bagi peserta
didik baik pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah pertama
(SMP/MTs), dan pendidikan menengah atas (SMA/MA).
KESIMPULAN
Keilmuan bimbingan dan konseling
Ilmu adalah sejumlah pengetahuan yang
disusun secara logis dan sistematik. Sedangkan pengentahuan adalah sesuatu yang
diketahui melalui panca indra dan pengolahan oleh daya fikir.Ilmu bimbangan
konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun
secara logis dan sistematik
Landasan pedagogis dalam layanan
bimbingan konseling memiliki 3 segi, yaitu :
1. Pendidikan sebagai
upaya pengembangan individu
2. Pendidikan sebagai
inti proses bimbingan konseling
3. Pendidikan lebih
lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar