Selasa, 17 Mei 2016

Bimbingan Konseling : Landasan Teknologis dan Ilmiah dan Landasan Pedagogis



TUGAS BIMBINGAN DAN KONSELING
LANDASAN TEKNOLOGIS DAN ILMIAH DAN LANDASAN PEDAGOGIS
 
 
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
·       INDAH SRI PURWATI
·       GADIS ANUGERAH
·       KIKI NOVITASARI

STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi No.7 Tulungagung Telp./ Fax 0355-321426 Email:stkippgritulungagung@gmail.com/website: stkippgritulungagung.ac.id/Kode Pos 66221


KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan inayah-Nya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah bimbingan dan konseling ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya hambatan selalu mengiringi namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari orang tua, dosen pembimbing dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu akhirnya semua hambatan dalam penyusunan makalah ini dapat teratasi.
Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai informasi serta untuk menambah wawasan khususnya landasan ilmiah dan teknologis serta landasan paedagogis dan adapun metode yang kami ambil dalam penyusunan makalah ini adalah berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis dan kajian serta buku komunikasi pendidikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi sekaligus menambah wawasan untuk saya pribadi khususnya dan untuk para pembaca. Tidak lupa juga kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan makalah kami.






Penulis


A.    Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengembangan-pengambangan pelayanan itu secara berkelanjutan.
1.      Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu sering juga disebut “ilmu pengetahuan”, merupakan sejumlah pengetahuan yang disusun secara logis dan sistematik. Pengetahuan ialah sesuatu yang diketahui melalui panca indera dan pengolahan oleh daya fikir. Dengan demikian, ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai objek kajiannya sendiri, metode penggalian pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Objek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mengacu pada keempat fungsi pelayanan yang tersebut terdahulu (fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, dan pemeliharaan/ pengembangan). Segenap hal yang berkenan dengan upaya bantuan itu (termasuk di dalamnya karakteristik individu yang memperoleh layanan, jenis-jenis layanan dan kegiatan, kondisi pelayanan, dan lain-lain) diungkapkan, di pelajari seluk-beluk dan sangkut-pautnya, ditelaah latar belakang dan kemungkinan masa depan, dan akhirnya disusun secara logis dan sistematis menjadi paparan ilmu. Bagaimanakah cara mengungkapkan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling itu ? untuk itu dapat di pergunakan berbagai cara dan metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis dokumen (riwayat hidup, laporan perkembangan, himpunan data, dan lain-lain), prosedur tes dan inventory, analisis laboratoris. Melalui metode-metode itu akan diperoleh sejumlah besar pengetahuan tentang objek kajian bimbingan dan konseling. Namun demikian, pengetahuan yang banyak itu belum memiliki makna yang lebih luas dan belum dapat dimafaatkan, serta belum menjadi bagian dari ilmu bimbingan dan konseling, apabila belum ditafsirkan dan diberi arti baik secara spesifik maupun luas dalam kaitannya dengan daerah kajian bimbingan dan konseling. Pemberian makna dan arti itu harus dilakukan secara logis dan sistematik, berdasarkan penalaran dan kaidah-kaidah keilmuan yang laras dan mapan. Paparan melalui laporan hasil penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai objek kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
Telah lama dikenal, bahkan sejak awal gerakan bimbingan dicetuskan, pelayanan bimbingan dan konseling menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan, dan pengolahan lingkungan secara ilmiah (Mc Daniel, 1956). Dalam kaitan itu, Mc Daniel mengemukakan bahwa konselor adalah seorang ilmuan, karena mendasarkan teori, pendekatan dan tindakan-tindakannya pada kaidah-kaidah keilmuan. Disamping itu, konselor juga disebutkan sebagai seniman, karena apa yang dilakukannya tidak terlepas dari unsur-unsur kemanusiaan yang harus di dekati dan ditanganni dengan penuh kehangatan dan kreativitas dalam hubungan antar pribadi (antara konselor dan klien). Dalam kaitan itu dapat disimpulkan bahwa keilmuan bimbingan dan konseling harus diimbangai (dilengkapi) dengan unsur-unsur seni hubungan antar pribadi.
2.      Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Pernah disebutkan, bimbingan dan konseling, sebagaimana juga pendidikan, merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Dimuka telah diuraikan betapa psikologi, ilmu pendidikan, dan filsafat memberikan sumbangan yang besar kepada bimbinga dan konseling. Demikian juga dengan sosiologi memberikan pemahaman tentang peranan individu dalam berfungsinya masyarakat, keluarga, interaksi antar individu dalam kelompok; gabungan antara sosiologi dan ilmu ekonomi memberikan pemahaman tentang kondisistatus social-ekonomi individu; gabungan antara sosiologi, antropologi dan kebudayaan memberikan pemahaman tentang latar belakang antropologi-sosial-budaya klien; ilmu-ilmu kemasyarakatan dan lingkungan memberikan pemahaman tentang interaksi timbal balik antara individu dan lingkungan; ilmu hukum, agama, dan adat istiadat memberikan pemahaman tentang nilai dan norma yang harus diikuti oleh individu dalam menjalani kehidupannya dimasyarakat; ilmu ststistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan teknik-teknik pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal  itu semua sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
Sumbangan berbagai ilmu lain itu kepada bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas kepada pembentukan dan pengembangan teori-teori bimbingan dan konseling, melainkan kepada praktek pelayanannya. Jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang dibahas pada Bab VII jelas sekali menerapkan berbagai kaidah ilmu-ilmu yang dimaksud dalam kontesks pelayanan bimbingan dan konseling. Salah satu ilmu dan perangkat teknologi yang berkembangan amat cepat dewasa ini, yaitu komputer, secara langsung dimanfaatkan pula dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Sejak tahun 1980-an peranan computer ialah bimbingan karier dan bimbingan/konselor pendidikan (Gaushel, 1984).
B.     Landasan Pedagogis
Seperti telah disebutkan pada bagian pendahuluan bahwa bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan. Artinya ketika seseorang melakukan praktik pelayanan bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik, sebaliknya apabla seseorang melakukan praktik pendidikan (mendidik), berarti ia sedang memeberikan bimbingan.Landasan pedagogis pelayanan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan dengan 3 segi :
a.      Pendidikan Sebagai Upaya Pengembangan Individu
Faktor pelayanan bimbingan dan konseling adalah manusia. Karena manusia menjadi fokus bimbingan dan konseling adalah manusia yang berada dalam proses perkembangan yang secara berkelanjut terus berusaha mewujudkan dimensi-dimensi kemanusiaannya untuk menjadi manusia seutuhnya. Tanpa pendidikan potensi kemanusiaan yang dimiliki oleh manusia tidak akan berkembang. Begitupun tanpa bimbingan potensi kemanusiaan yang dimiliki manusia tidak akan berkembang secara opimal.
Relavan dengan pernyataan di atas, Prayitno dan Erman Amti (1999) menyatakan: “Seorang bayi manusa hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bayi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu mengembangan dimensi keindividualnya, kesosialannya, kesusialaannya, dan keberagamaannya. Ia akan menjadi “manusia alam” bukan manusia budaya tertentu. Dalam kaitan ini pendidikan dapat diartikan sebagai upaya membudayakan manusia muda. Melalui pendidikan manusia muda mengembangkan diri dan sekaligus mempersiapkan diri dengan potensi yang ada pada diri merekadan prasarana serta sarana-sarana yang tersedia.”
Dalam Undang-Undang No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) ditegaskan bahwa: Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara.
Selanjutnya didalam  pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa konselor termasuk kedalam kategori pendidik. Berdasarkan Undang-Undang di atas secara eksplisit menunjukkan bahwa konselor adalah pendidik yang tugasnya adalah:
1.      Mewujudkan suasana belajar\
Yaitu kondisi yang terjadi pada diri klien yang menjalani proses konseling. Suasana belajar yang efektif pada diri klien dapat diwujudkan melalui proses konseling yang efektif.
2.         Mewujudkan suasana pembelajaran
Yaitu kondisi yang secara dinamis, strategis dan langsung dikembangkan oleh konselor terhadap klien. Untuk bisa mewujudkan proses konseling (proses pembelajaran) yang efektif, konselor dituntut untuk menguasai berbagai kompetensi (keterampilan) yang mendukung profesinya.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling harus terkandung aspek-aspek pendidikan seperti:
        1.          Usaha sadar dari pembimbing atau konselor kepada peserta didik atau klien.
        2.          Menyiapkan peserta didik atau klien.
        3.          Untuk perannya dimasa yang akan datang yag diwujudkan melalui tujuan-tujuan bimbingan dan konseling.
Upaya bimbingan dan konseling atau pencapain tujuan-tujuan bimbingan dan konseling tidak boleh menyimpang dari tujuan-tujuan pendidikan baik secara umum maupun khusus. Tujuan umum adalah yang dirumuskan dalam undang-undang, sedangkan tujuan khusus adalah yang dirumuskan dalam kurikulum yan diemplementasika dalam proses pendidikan dan pembelajaran.
Tujuan bimbingan dan konseling tidak boleh menyimpang atau bertenangan dengan tujuan pendidikan nasional. Dijiwai oleh tujuan pendidikan nasional di atas, maka tujuan bimbingan dan konseling pada hakikatnya adalah agar klien lebih mantap dan mendalam keberagamaannya, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai sesuai dengan pengembangan kebutuhan dan pengembangan diri. Implementasi tujuan bimbingan konseling di atas tentu disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi oleh individu (siswa) pada saat pelayanan bimbingan dan konseling diberikan.
Berkenaan dengan bimbingan meruakan bentuk upaya pendidikan, Prayitno dan Erman Amti (1999) mengutip pendapat Crow and Crow (1990) menyatakan bahwa: “Bimbingan menyediakan unsur-unsur di luar individu yang dapat dipergunakan untuk memperkembangkan diri. Dalam arti yang luas, bimbingan dapat dianggap sebagai suatu bentuk upaya pendidikan. Dalam arti sempit bimbingan meliputi berbagai teknik, termasuk di dalam konseling yang memungkinkan individu menolong dirinya sendiri.
Berdasarkan pendapat Crow and Crow di atas, dapat dipahami bahwa perkembangan dan kemandirian individu (siswa) dapat berkembang secara baik dan mandiri sudah barang tentu individu (siswa) memerlukan jasmani dan rohani yang sehat, pegetahuan dan keterampilan, serta menerapkan nlai-nilai dan norma-norma kehidupan kemasyarakatan.
b.      Pendidikan sebagai Inti Proses Bimbingan dan Konseling
            Dalam pengertian pendidikan diatas telah disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. Indikator utama yang menandainya adalah:
v  Peserta didik yang terlibat di dalamnya menjalani proses belajar
v  Kegiatan bimbingan dan konseling bersifat normatif
Apabila kedua indikator utama di atas tidak ada, maka upaya yang dilakukan tidak dikatakan sebagai upaya pendidikan.
            Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh para klien. Prayitno dan Erman Amti (1999) mengutip pendapat Gistod (1953) menegaskan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses yang berorientasi pada belajar, yakni belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri; belajar untuk mengembangkan dan menerapkan secara efektif berbagai pemahaman. Selanjutya Belkin (1975), Nugent (1981) yang dikutip oleh Prayitno dan Erman Amti (1999) menegaskan bahwa dalam dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan serta sikap-sikap baru. Melalui proses itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dan dengan memperoleh hal-hal yang baru itulah klien berkembangan.
c.       Pendidikan Lebih Lanjut sebagai Inti Tujuan Bimbingan dan Konseling
            Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan khusus (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang). Mengutip pendapat Crow and Crow (1990), Prayitno dan Erman Amti (1999) menyatakan bahwa tujuan khusus yang segera hendak dicapai (jangka pendek) dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah membantu individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sedangkan tujuan akhir (jangka panjang) adalah bimbingan diri sendiri. Siswa setelah melalui prose bimbingan dalam jangka panjang hendaknya dapat membimbing dirinya sendiri dalam arti mampu mengembangkan kemampuan sendiri untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa pelayanan bimbingan dan konseling lagi.
             Tujuan-tujuan bimbingan dan konseling selain memperkuat tujuan-tujuan pendidikan pada umumnya. Hal ini dapat dimengerti karena berbagai program bimbingan dan konseling yang meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kematangan pendidikan dan karier, emosional, dan kematangan sosial, semuaya diperuntukan bagi peserta didik baik pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah pertama (SMP/MTs), dan pendidikan menengah atas (SMA/MA).

KESIMPULAN

Keilmuan bimbingan dan konseling
Ilmu adalah sejumlah pengetahuan yang disusun secara logis dan sistematik. Sedangkan pengentahuan adalah sesuatu yang diketahui melalui panca indra dan pengolahan oleh daya fikir.Ilmu bimbangan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan konseling memiliki 3 segi, yaitu :
1. Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu
2. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling

Tidak ada komentar:

Posting Komentar